Kopi siang ini seperti jelaga. Hitam. Pahit. Serik. Panas. Rasanya seperti residu masa lalu. Yang mengingatkan perempuan itu bahwa kamu masih disana, menunggu.
Bukan, bukannya perempuan itu tidak mau menunggu. Ia terbawa arus waktu, yang entah kenapa selalu mengalir dengan sangat deras. Makin jauh dari keriuhan. Perempuan itu juga masih menunggu. Menunggu kamu untuk mengejarnya. Sambil berusaha menyulap masa, agar tidak terlalu jauh terpisah denganmu.
"Kamu lama", pikir perempuan itu. Kamu tidak tahu, bahwa perempuan itu (masih) menunggu kamu untuk mengejarnya. Jendela hati perempuan itu berembun. Dan kamu tidak tahu bahwa masih kamulah penyebabnya. Perempuan itu egois. Perempuan itu tidak mau berbalik.
Namun ia selalu menyempatkan diri menengok ke belakang, berusaha melihatmu dari kejauhan.
Kamu dan perempuan itu. Mungkin kalian pernah berhenti cukup lama di sebuah stasiun yang sama. Stasiun yang kecil dan sederhana, cenderung usang dan tidak terawat, namun tetap berdiri kokoh dan tidak terganggu oleh apapun. Namun ternyata kereta yang kalian naiki berbeda.
Perempuan itu pernah berhenti di stasiun yang lain, mungkin kamu juga. Tapi perempuan itu tidak pernah menemukan pemberhentian yang lebih nyaman.
Dan perempuan itu masih berpikir, andai saja ia menaiki kereta yang sama denganmu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar